a. Bidang ekonomi
Semua kegiatan perekonomian ditujukan untuk kepentingan perang. Jepang mengerahkan rakyat sebagai pekerja paksa (romusha). Para petani diwajibkan untuk menanam jarak sehingga menimbulkan kekurangan pasokan bahan makanan. Kemudian timbul banyak penyakit, kekurangan gizi dan langkanya kebutuhan pangan, sandang dan papan.
b. Bidang pendidikan
Sistem pendidikan pada jaman Jepang mengalami kemunduran, kurikulum dan sistem pengajaran disesuaikan dengan kepentingan Jepang. Murid-murid diwajibkan masuk organisasi pelajar (Gakutotai). Para siswa diwajibkan pula untuk mengikuti latihan dasar militer dan kerja bakti (Kinrohosy), guru-guru diwajibkan untuk mengikuti kursus bahasa Jepang. Konsep pendidikan Jepang mencetak kader-kader yang mempelopori dan merealisasikan konsep “Kemerdekaan Bersama Asia Timur Raya: dengan Jepang sebagai pemimpinnya
c. Bidang militer
Untuk memperkuat kekuasaan dan mengatasi kekurangan pasukan perang, Jepang mendirikan organisasi pemuda seinendan (barisan pemuda) dan keibodan (pembantu polisi) yang di bawah gunseikan (kepala pemerintahan militer). Para pemuda Indonesia juga dididik menjadi pembantu prajurit Jepang (Heiho). Tentara Heiho ini kemudian dikirim ke medan perang di Birma dan Malaysia
d. Bidang bahasa
Peraturan pemerintah Jepang yang menghambat perkembangan bangsa Indonesia terutama karya sastra yang harus dibuat sesuai dengan tujuan perang. Di sisi lain, pemerintah Jepang melarang penggunaan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar di sekolah-sekolah dan percakapan sehari-hari. Dampaknya bahasa Indonesia mengalami kemajuan yang pesat. Pada tahun 1943 Kantor Pengajaran membentuk Komisi Bahasa Indonesia, yang bertugas menentukan terminologi dan penyusunan tata bahasa normatif serta menentukan kata-kata umum. Namun, keputusan-keputusan yang diambil komisi belum pernah diumumkan. Untuk memberikan kepercayaan kepada rakyat Indonesia, Jepang menyatakan bahwa dirinya sebagai pemimpin Asia, Cahaya Asia dan Jepang sebagai Pelindung Asia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar